Unduh gratis pdf Hantu, Presiden, dan Buku Puisi Kesedihan

Hantu, Presiden, dan Buku Puisi Kesedihan
By:Irwan Bajang
Published on by Indie Book Corner



Halo guys bagaimana kabar sahabat ayo kita baca buku keren ini semoga bisa menghibur dengan membaca ebook pengetahuan kita semakin bertambah dan juga mendapatkan ilmu baru.untuk link nya dan sinopsis atau deskripsi buku ada di bawah ya untuk cara baca bisa di lihat di bagian preview ya, masih banyak buku2 bagus lainnya di blog ini sampai jumpa di artikel lain nya terimakasih

SUATU sore yang masih panas di hari Jumat, Sang Presiden itu akhirnya mundur dari jabatannya. 27 tahun lebih 6 bulan ia memerintah dengan tangan besi yang menyala. Di hari ke-14 demonstrasi rakyat, ia menyerah. Hari itu kekuasaannya usai sudah. Aksi mogok makan telah membuat 412 pemuda pingsan. Rumah sakit penuh. Tak kuat dengan desakan negara-negara jiran, Sang Presiden diktator mengumumkan pengunduran dirinya: “Demi rakyat yang selalu saya cintai. Saya mengundurkan diri sebagai presiden, menyerahkan jabatan saya pada Partai Oposisi Rakyat untuk mengambil alih pemerintahan. Terima kasih, Rakyatku.” Rakyat bergembira sore itu. Pesta digelar di segenap pelosok negeri. Jalan raya dipenuhi rakyat yang bernyanyi, menari, bergembira, dan berpesta. Malam harinya, sebuah berita mengagetkan terdengar: Sang Presiden mati gantung diri di dalam kamarnya. (SANG PRESIDEN DAN BUKU PUISI KESEDIHAN) *** “Kita berdosa. Maka menyesallah. Maka minta ampunlah. Dan sekarang semuanya sudah selesai. Sudah sempurna. Saatnya kalian kembali lagi, bergabung bersama manusia kembali. Kalian, aku utus menggantikan masing-masing jenderal yang telah kalian penggal kepalanya.” (MENCULIK DAN MEMBUNUH PARA JENDERAL) *** Mayat-mayat itu masih tergantung di depan benteng sampai hari Selasa berikutnya. “BAJINGAN PEMBERONTAK”, tulisan itu menjuntai, dikalungkan sekenanya pada leher mayat-mayat yang mulai disemuti dan dikerumuni lalat yang entah datangnya dari mana, koloni belatung berpesta pora, beranak pinak pada daging busuk mayat-mayat itu. Tak ada pribumi yang tega melintas dan memandang mereka. Mereka memilih menunduk, atau berlari, berbelok ke jalan lain dengan segera. Tapi dendam tentu tak bisa dipadamkan apinya. Malam ini, Frans dan tiga kawannya, para penyair, sedang menyiapkan tulisan-tulisan, bersiap memasak tepung sagu untuk merekatkan kertas-kertas di dinding kota. (TIGA NYAMUK BETINA DAN PANGLIMA KABARESSI) *** HANTU, PRESIDEN, DAN BUKU PUISI KESEDIHAN menghimpun cerita-cerita pendek pilihan Irwan Bajang yang ia tulis sejak 2009 hingga 2017. Beberapa di antaranya disambungkan dengan drama politik, sosial, keluarga, hubungan asmara, persahabatan, hewan peliharaan, dan perjalanan-perjalanan naratif tokoh-tokoh, dan dibalut tragedi-tragedi kecil dan besar di seputaran manusia dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa cerita adalah modifikasi dan pandangan lain penulis terhadap kisah-kisah yang akrab dengan kita, ditulis ulang dengan perspektif pilihan penulis. Bukankah semua cerita pada dasarnya adalah pengulangan atas cerita-cerita sebelumnya?

This Book was ranked at 41 by Google Books for keyword novel cinta sedih.

Book ID of Hantu, Presiden, dan Buku Puisi Kesedihan's Books is InlFDwAAQBAJ, Book which was written byIrwan Bajanghave ETAG "M7qnFy0br18"

Book which was published by Indie Book Corner since have ISBNs, ISBN 13 Code is and ISBN 10 Code is

Reading Mode in Text Status is false and Reading Mode in Image Status is true

Book which have " Pages" is Printed at BOOK under Category

This Book was rated by Raters and have average rate at ""

This eBook Maturity (Adult Book) status is NOT_MATURE

Book was written in id

eBook Version Availability Status at PDF is true and in ePub is false



Selamat membaca ya semoga bermanfaat bagi kawan kawan semuanyauntuk versi asli silahkan beli di toko buku terdekat ya terimakasih

Book Preview

Postingan populer dari blog ini

Unduh Buku pdf Mata di tanah melus :

Download Ebook pdf Harlequin Koleksi Istimewa: Kekasih Sang Duke (The Italian Duke'S Virgin Mistress)

Download gratis pdf Nataga: The Little Dragon